Jumat, 02 September 2016

WISATA RELIGI DI MAKAM SYECH MAULANA MALIK MAGHRIBI PANTARAN AMPEL BOYOLALI

WISATA  RELIGI DI MAKAM SYECH MAULANA MALIK MAGHRIBI
PANTARAN AMPEL BOYOLALI

Ampel sebagai salah satu wilayah kecamatan di Kabupaten Boyolali memiliki banyak potensi. Selain sebagai penghasil komoditas bahan pangan pokok seperti Jagung Kering, di Ampel juga terdapat sebuah desa dengan banyak  potensi wisata. Tempat tersebut adalah Pantaran. Kalau mendengar kalimat Pantaran, penulis akan teringat kembali masa lalu penulis. Sekitar 10 tahun yang lalu, penulis memulai karir mengajarnya di SD N 1 Candisari Kecamatan Ampel Kabupaten Boyolali.  Desa candisari memiliki banyak daya tarik terhadap para wisatawan. Salah satunya adalah Wisata Religi di makam Ki Ageng Pantaran. Makam Ki Ageng Pantaran adalah salah satu dari beberapa tempat yang di jadikan tempat wisata religi di Ampel Kabupaten Boyolali, Selain makam itu sendiri ada pula petilasan Ki Kebo Kanigoro dan petilasan Syeh Maulana Malik  Maghribi. Menurut penduduk setempat, Ki Ageng Pantaran adalah salah seorang tokoh penyebar agama Isalam yang pernah hidup di zaman kerajaaan Demak. Jasa Ki Ageng Pantaran terkenal di penduduk setempat, ketika berhasil mendidrikan masjid di tempat itu. “Masjid inilah yang disebut masjid Pantaran yang artinya seumuran atau sepantaran (Bahasa Jawa) dengan pembangunan masjid Demak Bintoro,” kata Joko Widianto salah seorang teman sejawat penulis dan merupakan penduduk asli desa Candisari. Menurutnya, wilayah yang kemudian dinamakan Desa Pantaran tersebut dulu keadaanya tandus, kering dan tidak bisa ditanami. Tetapi kemudian mucul mata air besar dari perut gunung Merbabu. Mata air tersebut sampai kini masih mengalir dan dikenal dengan nama Air Terjun Sipendok. Airnya mengalir jernih melalui sungai yang membelah Pantaran Desa Candi Kecamatan Ampel, bahkan di manfaatkan oleh perusahaan air untuk memenuhi kebutuhan air penduduk di Wilayah Kecamatan Ampel Kabupaten Boyolali.  

Tepatnya berada di Pantaran Desa Candisari Kecamatan Ampel, yang berjarak tempuh dari kota 7 km dari jalan raya Solo Semarang Ampel. Pengunjung juga dapat menikmati pemandangan alam di kaki gunung  Merbabu dan air terjun Si Pondok. Selain Itu Pantaran juga merupakan jalur alternative untuk mendaki gunung Merbabu selain lewat jalur Selo atau jalur Kopeng. Banyak pendaki baik lokal maupun dari daerah lain yang menggunakan jalur ini, meraka menyebutnya jalur Pantaran atau jalur tengah. Di pantaran ada  Upacara atau tradisi ritual Bukak Luwur sudah menjadi  tradisi setiap tahun yang berlangsung secara turun temurun sejak nenek moyang, dilaksanakan pada hari Jumat minggu terakhir di bulan Sura. Sejak pagi hari warga sudah berdatangan dan akan dengan sabar menanti rangkaian acara. Bahkan ratusan warga telah datang ke makam yang berada disebelah barat Dukuh Pantaran itu, sejak malam sebelumnya. Mereka ada yang menginap di komplek pemakaman Ki Ageng Pantaran tersebut. Mereka melakukan ziarah dan berdoa di makam Syeh Maulana Ibrahami Maghribi atau yang disebut dengan Ngalap Berkah. Ngalap berkah,agar apa yang menjadi keinginanya kesampaian. Usai acara pun masih banyak warga yang berdatangan ke makam. Warga berdesakan masuk makam Syeh Maulana Ibrahim Mahribi untuk memanjatakan doa.


Dalam tradisi Bukak Luwur ini dimulai pada hari Kamis Sore dengan melakukan pembersihan makam, kemudian malam harinya diadakan tirakatan di lokasi Makam Syech Maghribi. Pada pagi harinya (yang bertepatan dengan hari jumat terakhir bulan Asyuro) rangkaian acara akan diawali dengan kirab kain lurup makam, berikut sesaji lainnya dari rumah juru kunci makam yang diikuti oleh warga setempat dan para pengunjung. Sedangkan warga  sekitar datang kemakam dengan membawa makanan dan lauk pauknya untuk kenduri di makam. Kemudian, acara penggantian lurup, tabur  bunga,tahlilan,kenduri dan doa serta diakhiri dengan tradisi Ngalap Berkah. Pada setiap acara ritual akhir bulan Sura tersebut, pada pengunjung tidak hanya berasal dari Solo, Magelang, Jawa Timur, Jakarta, bahkan Sumatera. Hawa dingin di lereng gunung Merbabu itu tak menyurutkan warga untuk mengikuti ritual buka luwur di makam Syech Maulana Maghribi atau Ki Ageng Pantaran. Menurut kepercayaaan masyarakat, kain lurup yang lama ini bisa memberi berkah mencari rejeki. 

           Makam Syech Maulana Maghribi atau Ki Ageng Pantaran tidak hanya dikunjungi pada saat Tradisi Buka Luwur saja, tetapi juga ramai pada hari hari tertentu misaknya pada saat menjelang bula suci Ramadhan atau di sebut Padusan. Pada hari hari biasa pun ada saja yang berkunjung untuk ngalap berkah, apalagi pada saat malem jumat. Banyak orang yang akan berdoa di Mushola yang ada disamping komplek makam.Kemudian mereka akan menunggu pagi sambil tirakatan dengan pengunjung lainnya. Untuk mengurangi dinginya udara malam, para pengunjung dapat memesan kopi dan makan makan kecil di warung yang ada di depan komplek makam. Silahkan berkunjung.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar