jagungkeringampel.blogspot.com
DENGAN PUPUK CAIR UNTUK
MENINGKATKAN PRODUKTIFITAS JAGUNG
KERING AMPEL KABUPATEN BOYOLALI
Koperasi Kelompok Tani Dk Gejayan Desa Ngampon di Ampel
memiliki kesempatan untuk mengembangkan potensi sumber daya manusianya.
Kelompok tani Kelompok Tani Dk Gejayan Desa Ngampon berupaya memberikan
pemahaman dan kesempatan kepada anggotanya agar bisa berkembang. Salah satu
caranya melalui gerakan Sekolah Lapang pembuatan pupuk Organik di Dk Gejayan
Desa Ngampon, Ampel Kab Boyolali. Yang di fasilitasi oleh Dinas Pertanian kabupaten
Boyolali melalui penyuluh pertanian dari Unit Dinas Pertanian Kecamatan Ampel
Kabupaten Boyolali.
Para
kelompok tani (Poktan) “Gotong Royong” Dk Gejayan Desa Ngampon Kecamatan Ampel
dusun itu mengikuti Sekolah Lapang Pengembangan Pertanian Organik. Jangan
dibayangkan sekolah ini kegiatanya di ruang kelas dan penuh dengan meja dan
kursi. Tetapi sekolah ini memberikan cara-cara pembuatan pupuk organik cair
dengan menggunakan mikro organisme lokal (MOL) di rumah warga. Kegiatan sekolah
lapang yang dijadwalkan 12-14 September 2016 ini diikuti khusus anggota Kelompok
Tani “Gotong Royong” Dk Gejayan Desa Ngampon Kecamatan Ampel. Sekolah
lapang merupakan salah satu upaya dari salah satu petugas Penyuluh Pertanian
Lapangan (PPL) dari Balai Penyuluhan Pertanian, Perikanan dan Kehutanan
(BPPPK) Kecamatan Ampel Kabupaten Boyolal. Kepala Desa Ngampon Harsono juga turut
serta dalam kegiatan itu. “Sekolah lapang ini sangat bermanfaat bagi para
petani. Setelah mampu membuat pupuk MOL sendiri, petani akan lebih irit dalam
pembiayaannya,” ujar Harsono, Kepala Desa Ngampon, Kecamatan Ampel Kabupaten
Boyolali. Pupuk organik cair yang dibuat Poktan “Gotong Royong” Dk Gejayan Desa
Ngampon Kecamatan Ampel itu adalah pupuk yang menggunakan bahan baku yang mudah
didapat di sekitarnya. Sekolah lapang ini membuat pupuk cair yang
mengandung unsur nitrogen, phospat dan kalium. Unsur-unsur ini merupakan unsur
yang sangat dibutuhkan tanaman.
Dijelaskan, untuk membuat pupuk ini para peserta
menggunakan bahan baku dari nasi sisa (sego wadang), daun bambu kering, bonggol
pisang dan kulit buah coklat. Namun karena bahan baku kulit buah coklat sulit
didapat, maka petani Sewukan jarang tidak menggunakannya sebagai bahan baku
pupuk MOL. Pupuk ini digunakan masa pertumbuhan vegetatif atau 50 hari setelah
tanam. “Bonggol pisang dicacah kemudian dicampur dengan tetes tebu sampai
tumbuh jamur. Kemudian dicampur air. Air yang mengandung mikro organisme lokal
itulah yg dipakai untuk pemupukan,” urai Indah. Sabut kelapa juga
merupakan bahan baku untuk membuat pupuk MOL yang mengandung kalium. Sabut
kelapa ditumbuk kemudian direndam dalam air dan ditambah tetes tebu, direndam
sekitar tujuh hari. Satu buah sabut kelapa yang sudah ditumbuk direndam dengan
lima liter air dan dicampur seetengah gelas tetes tebu. “Jenis pupuk MOL ini
merupakan pupuk yang berfungsi untuk penguatan tanaman agar tahan penyakit dan
hama. Selain itu, sekolah lapang ini juga membuat pestisida nabati yang terbuat
dari rempah-rempah untuk mencegah dan mengendalikan hama,” ungkapnya.